(Newsteen) Sepanjang
tahun 2019, ada tiga pemuda Asia yang mampu mengubah dunia, siapa sajakah mereka :
1. Jocelyn Chau, 24, Bersuara untuk demokrasi Hongkong
Jocelyn
Chau yang masih berusia 23 tahun, salah satu anggota dewan muda yang terpilih. Pada
tahun 2014 dirinya sempat turun ke jalan melakukan protes dan pawai untuk
kebijakan pro-demokrasi.
Dia berkata, "Saya
selalu berpikir, dengan cara apa saya bisa membantu masyarakat di masa
depan?" "Saya tidak tahan melihat pemerintah yang justru
membahayakan rakyatnya," katanya. "Jadi saya memutuskan untuk maju
dan mencalonkan diri dari dewan distrik.
Bulan
Oktober lalu, dia diserang saat berkampanye di jalan, ditinju oleh seorang
pria, poster kampanyenya dirobek dan dilemparkan ke tanah.
Tapi itu
tidak membuatnya menyerah, bulan November dia berhasil menggulingkan mantan
anggota dewan, yang telah berkuasa selama lebih dari 20 tahun.
Saat ini,
dia berharap bisa menggunakan posisinya untuk berdialog dengan masyarakat di
daerah pemilihannya sambil tetap menyuarakan demokrasi bagi HongKong.
2. Ridhima Pandey ,12, Aktivis Lingkungan
Nama dan
wajahnya telah menggema di seluruh dunia.
Dia adalah salah satu dari 16 aktivis
muda yang bersama-sama mengajukan tuntutan ke PBB atas lima negara terkemuka di
dunia yang telah melanggar hak anak-anak terhadap perubahan iklim.
Pandey
tinggal di negara bagian Uttarakhand, India utara, tumbuh dan belajar tentang
lingkungan - tetapi semuanya berubah ketika pada 2013, banjir dan tanah longsor menghancurkan
wilayah itu dan menewaskan ribuan orang.
Tertekan
dan bingung atas bencana yang terjadi, dia mulai belajar mengenai bencana alam yang disebabkan perubahan iklim.
Ia berkampanye
di seluruh negeri, berbicara di berbagai sekolah dan konferensi. Tahun depan,
ia berencana untuk meluncurkan sebuah organisasi yang meningkatkan kesadaran
iklim kaum muda.
Ia berfokus
pada polusi dan deforestasi (hilangnya hutan akibat kegiatan manusia).
Polusi
udara di New Delhi mencapai tingkat tertinggi tahun ini dan memaksa sejumlah sekolah
untuk tutup dan mengalihkan jadwal penerbangan.
Warga mulai mengeluhkan mata terbakar, sakit kepala, dan batuk.
3. Jihye Yang ,22, Aktivis Anak & Perempuan
Anak perempuan
sering mengalami diskriminasi dan pelecehan seksual.
Pada
Maret ini, polisi mengatakan sekitar 1.600 orang direkam secara diam-diam di
kamar motel, dan rekaman itu disiarkan langsung secara online untuk pelanggan
yang telah membayar.
Puluhan
ribu perempuan pun mengeluarkan protes. Siswa
perempuan pun berbicara untuk pertama kalinya tentang pelecehan seksual dan
diskriminasi yang mereka hadapi setiap hari di kelas.
Jihye Yang
juga turut mendorong pemerintah menindak hal ini, namun karena merasa tidak
puas, dia mengajukan ke PBB berbicara di depan Konvensi Hak-Hak Anak tentang
pergerakan dan diskriminasi.
Pemerintah
pun akhirnya melunak, Kementerian Pendidikan setempat membentuk tim kesetaraan
gender yang akhirnya menjadi badan resmi pertama untuk siswa korban pelecehan seksual.
Bagaimana
apakah kalian terinspirasi dengan 3 pemuda ini Teeners ??
Ratu Tiara
Komentar
Posting Komentar